Keterangan Foto: Ambrosius Simbolon salah satu jurnalis Samosir saat menikmati tusor disalah satu lapo tuak yang ada di Pintusona
Samosir- Tuak sore atau tusor merupakan tuak yang baru diambil dari pohonnya dan disajikan diatas meja Lapo tuak. Para pelanggan lapo tuak sudah menyiapkan diri sebelum tuak dituangkan di gelas kaca yang penuh dengan kenikmatan.
Seduh per seduh dinikmati parmitu dengan aroma khas dari air aren dan sambil bercerita bersama parmitu yang ada di Lapo tuak. Marende atau bernyanyi dengan irama gitar itulah kebiasaan orang-orang parmitu di lapo tuak dengan judul lagu lisoi...lisoi...lisoi... !!! Oh Parmitu !!!.
Terkadang, parmitu juga melepaskan lelahnya dengan bernyanyi dengan lagu riang sambil menari bersama -sama sambil melepaskan nostalgia kerinduan di masa mudah.
Berawal dari satu gelas, lanjut kedua gelas, ketiga gelas dan seterusnya dan kenikmatan pun bertambah dan tutur katapun semakin lancar dengan narasi yang tetap stabil itulah tusor sesungguhnya.
Terkadang, tuak juga dinikmati dengan tambul atau cemilan yang berupa daging atau sejenis tambul lainya sembari menikmati seduhan tuak yang begitu nikmat dan mempunyai aroma khas tuak sore.
Menurut beberapa parmitu, tuak lebih enak diminum secara bersama-sama dan dinikmati bersama -sama sambil bercerita bahkan curah mengenai pekerjaan, bercerita tentang hasil pertanian, serta bercerita tentang kehidupan sehari-hari.
Tuak, juga bisa menambah pertemanan yaitu saling mengenal di lapo tuak dan itulah awal persahabatan timbul. Bagi orang Batak martutur merupakan tradisi yang melekat dan kental di kehidupan sehari-hari dengan martutur maka orang Batak bisa saling mengenal lebih dalam apakah itu hula-hulanya, apakah itu dongan tubunya atau pamoruannya yang disebut dengan Dalihan Natolu.
Dalihan Natolu merupakan hal yang sangat penting dipertahankan dan sangat kental bagi adat Batak yaitu, " somba marhula- hula, Manat mardongan tubu dan elek marboru ".
Bagi orang Batak, hula- hula harus dihormati, mardongan tubu jangan ada saling sakit hati dan marboru harus saling menghargai.
(Penulis Ambrosius Simbolon dan salah satu jurnalis yang bertugas di kabupaten Samosir)

Posting Komentar